Kesunyian di Bawah Cahaya Laut

H1: Air Tak Pernah Diam Saya dulu duduk di jendela tengah malam, menatap cahaya pelabuhan berkelip seperti bintang jauh. Ibu berkata, ‘Kau tak menangkap ikan—kau menangkap momen.’ Dulu kami tak punya tongkat atau jaring. Kami punya kesunyian.

H2: Memancing Bukan Permainan—Ini Ritual Mereka menyebutnya ‘Kunci Pancing’—tapi kunci tak membuka gembok. Ia membuka napas. Setiap lemparan bukan keberuntungan—ini ingatan yang menjahit tulang. Saya melihat seorang pria tua di dermaga melempar benangnya sekali, perlahan dan teguh. Ia tak pernah menangkap apa-apa. Tapi ia tersenyum.

H3: Hadiah Sejati Bukan Emas—Ini Kesunyian Di Brooklyn, mereka menjual ‘Petualangan Laut’ seperti permen—but yang kami tukar sebenarnya adalah kesunyian setelah hujan. Tidak ada leaderboard di sini. Tidak ada tropi. Hanya saya… dan ibu saya… dalam panggilan video… sementara pasang berbisik kembali. Permainannya bukan untuk menang. Ini tentang mengingat cara tetap tenang ketika segalanya terlalu bising. Saya masih mengiriminya foto air kosong—at dusk—with satu kait perak menggantung rendah. Ia berkata, ia tampak seperti harapan.